Serangan Siber pada Smartphone Meningkat di Semester Pertama 2025
Post text template (spintax enabled, like Great) —
Peningkatan serangan siber terhadap perangkat ponsel pintar dalam waktu setahun terakhir menjadi perhatian serius. Menurut laporan terbaru, selama semester pertama tahun 2025, jumlah serangan mengalami peningkatan yang signifikan hingga 29 persen dibandingkan tahun sebelumnya.
Total serangan yang terdeteksi mencapai lebih dari 22 juta, sebuah angka yang mencerminkan krisis dalam keamanan digital. Padahal, dalam semester kedua tahun 2024, angka tersebut tercatat sekitar 15 juta serangan saja.
Pimpinan Tim Analis Malware menjelaskan bahwa lonjakan ini didorong oleh berbagai faktor, termasuk metode serangan baru dan aplikasi yang berasal dari sumber tidak resmi. Penyerang kini semakin kreatif dalam memanfaatkan kerentanan berbagai aplikasi yang tidak terverifikasi.
Analisis Meningkatnya Serangan Malware di Smartphone
Fenomena peningkatan serangan malware Android menjadi isu yang semakin kompleks. Kaspersky, sebagai perusahaan keamanan siber terkemuka, mencatat banyaknya serangan yang ditargetkan kepada pengguna smartphone, khususnya di platform Android.
Aplikasi yang diunduh dari sumber tidak resmi, atau sideloading, menjadi salah satu vektor serangan utama. Pengguna sering kali tidak menyadari risiko yang mereka ambil saat mengunduh aplikasi dari sumber yang tidak terverifikasi.
Kaspersky juga mengidentifikasi ancaman baru di tahun 2025, seperti malware SparkCat, SparkKitty, dan Triada yang semakin aktif. Ancaman ini tidak hanya mengganggu kinerja perangkat, tetapi juga berpotensi mencuri informasi pribadi pengguna.
Jenis Serangan dan Teknologi yang Diterapkan
Pada kuartal kedua tahun 2025, para penyerang menunjukkan kemampuan teknis yang semakin canggih. Salah satu metode yang digunakan adalah penanaman fungsionalitas pemrograman untuk serangan DDoS ke dalam aplikasi-aplikasi yang berpura-pura menawarkan konten dewasa.
Dengan menerapkan teknik ini, penyerang dapat mengumpulkan data dari perangkat yang terinfeksi untuk dikirimkan kepada mereka pada interval yang telah ditentukan. Strategi ini sangat merugikan bagi pengguna yang tidak menyadari adanya ancaman tersebut.
Lebih mengejutkan lagi, banyak pengguna terjebak dalam aplikasi VPN palsu yang seharusnya melindungi mereka. Alih-alih menjamin privasi, aplikasi tersebut justru mencuri kode akses dari berbagai aplikasi perpesanan.
Perlunya Kesadaran Masyarakat Akan Keamanan Siber
Pentingnya kesadaran masyarakat akan ancaman keamanan siber tidak dapat diabaikan. Banyak pengguna ponsel masih kurang memahami betapa rentannya perangkat mereka terhadap serangan siber.
Aplikasi penipuan, seperti Fakemoney, yang mengelabui pengguna dengan janji mendapatkan uang atau hadiah, semakin merebak. Korban sering kali kehilangan informasi pribadi dan finansial akibat ketidakpahaman ini.
Trojan yang terbenam dalam perangkat sejak sebelum pembelian, seperti Triada dan Dwphon, juga menjadi ancaman serius. Perangkat yang terinfeksi tetap rentan meskipun telah dilakukan pengaturan ulang pabrik, sehingga kredibilitas keamanan ponsel sangat dipertanyakan.