Riset Ungkap Perubahan Bumi Tropis dan Jejak Manusia Purba
Post text template (spintax enabled, like amazing) —
Badan Riset dan Inovasi (BRIN) baru-baru ini mempublikasikan hasil penelitian yang mendalam mengenai dinamika Bumi tropis yang terekam dalam lapisan tanah Pulau Jawa. Penelitian ini memberikan wawasan baru tentang bagaimana perubahan iklim berdampak pada kehidupan manusia purba di wilayah Asia Tenggara, khususnya di Indonesia.
Dalam konteks ini, BRIN berpartisipasi dalam kegiatan Internationale de Sciences PrĂ©historiques et Protohistoriques (UISPP) Inter-Congress Conference 2025. Tema yang diangkat adalah “Asian Prehistory Today: Bridging Science, Heritage, and Development,” yang menjelaskan pentingnya kolaborasi antara ilmu pengetahuan dan pelestarian budaya.
Penelitian berjudul “Paleoenvironment Reconstruction of the Lower Kaliglagah Formation in the Palaeontological Site Bumiayu, Brebes, Central Java” menjelaskan transisi lingkungan antara laut dangkal dan rawa fluvial yang terjadi sekitar 2,4 juta tahun lalu. Pada masa itu, Bumi mengalami pendinginan global yang berdampak pada otot biosfer.
Kepala Pusat Riset Arkeometri BRIN, Sofwan Noerwidi, menekankan bahwa Bumiayu merekam osilasi glasial yang menunjukkan bagaimana permukaan laut menurun drastis saat Pulau Jawa terhubung dengan daratan Asia. Hal ini merupakan langkah penting dalam memahami sejarah geologi wilayah tersebut.
Hasil penelitian ini memberikan gambaran konkret mengenai bagaimana perubahan iklim dapat membentuk lanskap serta mempengaruhi distribusi fauna purba di Pulau Jawa secara signifikan. Metode stratigrafi dan analisis isotop yang terintegrasi memungkinkan para peneliti untuk meyakinkan temuan mereka dengan tingkat keakuratan yang lebih tinggi.
Menelusuri Aspek Lingkungan dan Hominin Awal di Pulau Jawa
Ni Luh Gde Dyah Mega Hafsari, peneliti pada Pusat Riset Arkeologi Lingkungan, menyampaikan temuan menarik tentang perubahan vegetasi dan aktivitas vulkanik. Data yang diperoleh menunjukkan bahwa perubahan ini berhubungan erat dengan keberadaan hominin awal di wilayah tersebut.
Melalui paparan bertajuk “Digging Java’s Middle Pleistocene: Chronostratigraphic, Palaeoenvironmental, and Palaeoanthropological Data from the New Sogen Locality“, Mega Hafsari menggarisbawahi pentingnya kronostratigrafi dan geokimia. Pendekatan ini memungkinkan peneliti untuk mengumpulkan data yang lebih komprehensif.
Dia menjelaskan bahwa pemahaman tentang hubungan antara perubahan iklim, migrasi fauna, dan jalur persebaran manusia purba di timur Jawa akan semakin diperkuat. Temuan ini memberikan wawasan tambahan tentang kondisi lingkungan yang dihadapi hominin pada masa lalu.
Adaptasi Manusia Terhadap Perubahan Lingkungan Tropis
Taufiqurrahman Setiawan, peneliti di Pusat Riset Arkeometri BRIN, menguraikan studi mengenai tradisi alat batu Hoabinhian di Aceh. Studi ini menunjukkan bagaimana manusia beradaptasi dengan lingkungan tropis yang lembab setelah berakhirnya Zaman Es.
Melalui penelitian berjudul “Regional Responses to Shared Traditions: The Hoabinhian Techno-Complex and the Case of Gua Mabitce, Western Coast of Aceh“, Setiawan mengemukakan keterkaitan antara geologi, iklim, dan kebudayaan masa lalu. Keterpaduan ketiga penelitian tersebut menciptakan sinergi yang berarti bagi pemahaman kita terhadap sejarah.
Para ilmuwan dari BRIN berusaha untuk memahami cara manusia, hewan, dan alam berkolaborasi untuk menghadapi perubahan ekstrim yang terjadi di Bumi. Penelitian ini sangat penting untuk membangun kerangka kerja sains arkeologi yang berkelanjutan ke depan.
Komitmen BRIN dalam Penelitian Arkeologi Berkelanjutan
BRIN menunjukkan komitmennya untuk membangun sains arkeologi yang berkelanjutan melalui kolaborasi lintas-negara. Pendekatan multidisiplin ini mencakup berbagai bidang, seperti arkeometri, geologi, dan biogeokronologi.
Dengan melalui forum UISPP 2025, BRIN berharap dapat lebih memperkuat jaringan perduli akan lingkungan tropis dan bagaimana dampaknya terhadap evolusi manusia. Pendekatan ini membantu dalam mengembangkan pemahaman yang lebih baik mengenai sejarah manusia.
Penelitian ini memastikan bahwa data yang dihasilkan akan memberikan kontribusi signifikan dalam ilmu pengetahuan. Menyatukan berbagai disiplin ilmu akan menjadi kunci untuk membuka selubung sejarah yang masih menyimpan misteri.





