Brian Schmidt, penerima Nobel Fisika 2011, baru-baru ini menjadi pembicara utama di Konvensi Sains, Teknologi, dan Industri (KSTI) 2025 yang diadakan di Institut Teknologi Bandung. Dalam acara tersebut, ia membagikan pemikirannya tentang astrofisika dan mengisahkan perjalanan hidupnya yang inspiratif sebagai ilmuwan, dimulai dari masa kecilnya yang sederhana.
Schmidt mengungkapkan bahwa perjalanan hidupnya tidak lantas membuatnya merasa sebagai seorang jenius. Ia menggambarkan dirinya sebagai sosok biasa dari keluarga tanpa keuntungan finansial, yang mendorongnya untuk bekerja keras dalam mengejar cita-cita di dunia sains.
“Saya hanya anak biasa yang tumbuh di daerah terpencil tanpa listrik,” katanya, menggambarkan bagaimana ketertarikan terhadap bintang-bintang tumbuh meski dalam kondisi yang sulit. Dari sana, keseriusannya dalam ilmu pengetahuan membawa dampak besar di dunia.
Perjalanan Seorang Ilmuwan: Dari Daerah Terpencil ke Panggung Dunia
Dalam sesi berbagi, Schmidt bercerita tentang tantangan yang ia hadapi saat mengamati langit malam di Alaska. Suhu ekstrem dan kondisi alam yang sulit sering kali menjadi penghalang, tetapi hal itu tidak menyurutkan semangatnya untuk mengeksplorasi sains. Ketika musim panas tiba dan matahari tak kunjung tenggelam, pekerjaan observasinya bahkan menjadi lebih kompleks.
Ia menegaskan bahwa keberhasilan di bidang sains bukan semata-mata soal bakat atau genetik, melainkan juga tentang kerja keras dan ketekunan. Schmidt percaya bahwa setiap individu memiliki potensi untuk berkontribusi dalam perkembangan ilmu pengetahuan.
Bagi Schmidt, sains dan penelitian tidak hanya berkaitan dengan teori, tetapi juga menyangkut kehidupan sehari-hari. Ia percaya bahwa dengan pengajaran yang tepat, generasi muda dapat diilhami untuk mencintai sains dan penemuan baru.
Pesan Inspiratif untuk Generasi Muda di Indonesia
Di hadapan ratusan peserta konferensi, Schmidt memberikan pesan kuat untuk generasi muda. “Ambil kesempatanmu dan percayalah pada dirimu sendiri,” katanya. Ia menyakinkan mereka bahwa tidak ada rumus baku untuk mengubah dunia, tetapi keberanian dan keahlian dapat membuat perbedaan yang signifikan.
Schmidt berkeyakinan bahwa rasa ingin tahu adalah pendorong utama dalam perjalanan ilmiah seseorang. “Tunjukkan kepada anak-anak betapa menariknya sains,” ujarnya, menekankan bahwa pengalamanlah yang akan menarik minat mereka untuk terus berinovasi dalam bidang ini.
Menariknya, ia juga menegaskan bahwa ilmu pengetahuan adalah bagian dari budaya manusia yang seharusnya dapat diakses oleh siapa saja, tanpa memandang latar belakang sosial maupun pendidikan.
Menggali Potensi dan Manfaat Riset Dasar untuk Masa Depan
Schmidt menjelaskan bahwa banyak inovasi teknologi yang kita nikmati saat ini, seperti GPS, Wi-Fi, dan kamera digital, berasal dari riset dasar yang awalnya dianggap tidak relevan atau tidak bermanfaat. Hal ini menunjukkan bahwa langkah kecil dalam sains dapat membawa dampak besar di masa depan.
Ia mengambil contoh teknologi CMOS pada smartphone yang tidak lepas dari penelitian di bidang astronomi dan fisika. “Riset-riset sederhana ini memudahkan banyak hal dalam kehidupan sehari-hari, meskipun awalnya tidak ada jaminan manfaatnya,” kata Schmidt.
Pentingnya dukungan terhadap riset dasar juga disoroti. Schmidt menyatakan bahwa meskipun hasilnya mungkin tidak langsung terlihat, hal-hal yang dianggap ‘aneh’ di awal justru dapat memicu inovasi baru di kemudian hari.
Pentingnya Mendorong Riset dan Inovasi untuk Masa Depan
Schmidt menekankan bahwa dunia sains tidak terpisah dari kehidupan sehari-hari. Edukasi sains harus diarahkan untuk menunjukkan relevansi yang lebih luas dari riset, baik dalam konteks ekonomi maupun sosial. “Konsistensi dan keberlanjutan dalam mendukung riset adalah kunci,” ujarnya.
Dengan adanya dukungan yang kuat dari berbagai pihak, harapannya adalah generasi muda dapat disiapkan untuk menjawab tantangan masa depan. Riset yang didanai dengan baik akan menghasilkan penemuan yang memberikan manfaat luas bagi masyarakat.
Schmidt mengajak publik untuk tidak sekadar memandang sains sebagai bidang yang akademis belaka. Ia percaya bahwa sains adalah jantung dari kemajuan peradaban yang seharusnya dipelajari dan diterapkan oleh semua kalangan.