Penyebab Gempa M 6.2 di Bolaang Mongondow Sulawesi Utara menurut BMKG
Post text template (spintax enabled, like amazing) —
Pada tanggal 17 November, gempa bumi berkekuatan 6,2 magnitudo mengguncang wilayah selatan Bolaang Mongondow di Sulawesi Utara. Guncangan ini terjadi pada pukul 19:12 WIB dan menjadi peristiwa yang menarik perhatian warga setempat dan berbagai pihak.
Berdasarkan analisis dari lembaga resmi meteorologi, posisi episenter gempa berada di laut sekitar 37 kilometer tenggara Bolaang Uki dengan kedalaman mencapai 115 kilometer. Meskipun magnitudonya signifikan, otoritas menyatakan bahwa gempa ini tidak berpotensi menimbulkan tsunami.
Gempa yang terjadi ini tergolong dalam kategori gempa bumi menengah, yang disebabkan oleh deformasi dalam Sangihe Slab, zona lempeng aktif di bagian utara Sulawesi. Proses ini melibatkan tekanan yang terjadi di dalam lempeng akibat interaksi gaya tektonik.
Analisis Geologi dan Mekanisme Terjadinya Gempa
Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika menjelaskan bahwa mekanisme sumber gempa menunjukkan tipe pergerakan geser naik (oblique-thrust). Jenis pergerakan ini menandakan adanya kombinasi gaya dorong dan geser pada lempeng yang lazim di kawasan dengan dinamika tektonik aktif.
Proses deformasi yang terjadi di bawah permukaan bumi ini menggambarkan bagaimana partikel-partikel di dalam lempeng saling bergesekan dan berinteraksi. Kondisi ini dapat memicu guncangan yang dirasakan oleh warga di berbagai daerah.
Gempa ini tidak hanya memengaruhi satu wilayah saja, namun getarannya terasa di beberapa daerah di sekitar. Hal ini menunjukkan luasnya pengaruh dari gempa yang terjadi di laut ini.
Reaksi Masyarakat dan Dampak yang Terjadi di Sekitar
Getaran gempa dirasakan di sejumlah wilayah dengan intensitas berbeda-beda, menjadikan momen ini menjadi perhatian semua pihak. Di Bone Bolango, skala getaran tercatat pada III-IV MMI, indicating bahwa getaran tersebut cukup kuat.
Wilayah lain seperti Kabupaten Gorontalo juga merasakan guncangan yang setara dengan skala III MMI. Fenomena ini bisa dirasakan sebagaimana layaknya truk besar melintas di jalanan dekat pemukiman.
Daerah-daerah lain, seperti Ampana dan Ternate, mengalami dampak guncangan meskipun pada skala yang lebih rendah, yaitu II-III MMI. Guncangan ini masih dapat dirasakan dalam rumah tetapi tidak sampai menyebabkan kerusakan yang serius.
Peringatan dan Rekomendasi dari Otoritas Terkait
BMKG menegaskan bahwa berdasarkan hasil pemodelan yang dilakukan, gempa ini tidak menyebabkan ancaman tsunami, sehingga masyarakat tidak perlu khawatir. Namun, hingga pukul 19:42 WIB, tidak terdeteksi adanya gempa susulan atau aftershock yang terpantau.
Meski situasi terbilang aman, BMKG tetap mengimbau masyarakat untuk tetap waspada dan tenang. Mereka juga disarankan untuk melakukan pemeriksaan terhadap keamanan bangunan sebelum melanjutkan aktivitas sehari-hari.
Kesadaran akan fenomena geologi seperti ini menjadi penting untuk masyarakat, terutama yang tinggal di daerah rawan gempa. Oleh karena itu, edukasi mengenai gempa harus terus ditingkatkan demi keselamatan dan kesiapsiagaan warga.



