Pakar Ungkap Sisi Gelap AI dalam Pembuatan Ransomware Hanya 15 Menit
Post text template (spintax enabled, like Great) —
Teknologi kecerdasan buatan (AI) kini menjadi sorotan utama, berfungsi tidak hanya untuk meningkatkan produktivitas tetapi juga menjadi alat bagi penjahat siber. Dengan perkembangan cepat teknologi, para pelaku kejahatan semakin canggih dalam melakukan serangan, memanfaatkan AI untuk mempercepat berbagai proses yang sebelumnya memakan waktu lama.
“Di masa lalu, penjahat siber memerlukan hingga sembilan hari untuk membangun ransomware, tapi saat ini waktu tersebut bisa dipangkas menjadi hanya 15 menit saja,” ujar seorang ahli di bidang keamanan siber dalam sebuah diskusi di Jakarta. Perubahan ini menjadi cerminan betapa berbahayanya kemajuan teknologi yang tidak diimbangi dengan ketahanan keamanan.
Dalam konteks ini, penting untuk memahami bagaimana AI dapat mempengaruhi dinamika serangan siber. Dalam analisis terkini, penjahat siber tidak hanya berfokus pada satu titik serangan, melainkan menyerang beberapa titik sekaligus. Hal ini menuntut setiap organisasi untuk memperkuat sistem keamanannya agar mampu menghadapi tantangan yang semakin kompleks.
Pada tahun sebelumnya, dibutuhkan waktu rata-rata sembilan hari bagi penjahat siber untuk menyusup ke sistem dan mencuri data. Namun, sekarang, mereka hanya memerlukan satu hari, dan diprediksi akan berkurang lagi menjadi 20 menit dalam waktu dekat. Ini menunjukkan bagaimana kecepatan dan efisiensi dalam serangan menjadi isu utama di dunia siber.
Pemanfaatan AI oleh penjahat siber tidak hanya terbatas pada waktu, tetapi juga pada berbagai bentuk serangan. Sekarang, 70 persen insiden siber melibatkan lebih dari tiga titik serangan, baik itu dari perangkat akhir, tablet, smartphone, hingga televisi pintar. Ini berarti bahwa strategi pertahanan siber juga perlu dipikirkan secara komprehensif.
Membangun Strategi Keamanan yang Efektif dan Modern
Di tengah ancaman yang terus meningkat, penerapan strategi keamanan modern sangat diperlukan. Salah satu pendekatan yang menjadi perhatian adalah model Zero Trust, yang mengutamakan prinsip bahwa tidak ada satu pun entitas yang dapat dipercaya secara otomatis. Setiap akses harus melalui verifikasi yang ketat.
Model keamanan ini mengharuskan organisasi untuk terus menganalisis dan mengevaluasi risiko yang ada. Setiap potensi ancaman harus diidentifikasi dan ditanggapi dengan cepat. Dalam konteks ini, AI pun berfungsi sebagai alat bantu untuk menganalisis data dan mendeteksi ancaman lebih awal.
“Implementasi keamanan berbasis Zero Trust sangat penting, terutama di saat para penjahat siber menggunakan teknologi canggih untuk menyerang,” jelas seorang pakar keamanan. Ini menunjukkan bahwa perlu ada sinergi antara teknologi dan strategi dalam menghadapi serangan siber.
Tidak kalah penting adalah kesiapan infrastruktur yang mendukung penerapan AI dan strategi keamanan modern. Penyiapan infrastruktur yang kuat menjadi kunci keberhasilan dalam memaksimalkan potensi AI untuk meningkatkan produktivitas tanpa meningkatkan risiko keamanan.
Pentingnya Kesiapan Infrastruktur dalam Era AI
Kesiapan infrastruktur teknologi kini menjadi elemen yang sangat krusial dalam menentukan keberhasilan pemanfaatan AI. Tanpa infrastruktur yang memadai, potensi AI tidak dapat dioptimalkan, menjadikan organisasi rentan terhadap serangan siber.
Strategi yang bijak adalah tidak hanya membangun segalanya sekaligus, tetapi memulai dengan menyiapkan fondasi yang scalable dan fleksibel. Hal ini penting agar organisasi dapat beradaptasi dengan perkembangan AI yang dinamis.
Berdasarkan penelitian terbaru, Indonesia menduduki posisi 49 dari 83 negara dalam hal pemanfaatan AI, dengan kendala utama yang muncul pada aspek infrastruktur nasional. Terutama dalam hal daya komputasi, konektivitas, hingga pusat data, kesenjangan tersebut perlu segera diatasi untuk mengoptimalkan peluang yang ditawarkan AI.
Mengatasi Kesenjangan dan Meningkatkan Keamanan Siber
Penting bagi perusahaan dan organisasi untuk berinvestasi dalam infrastruktur IT yang kuat agar mampu menjembatani kesenjangan dalam pemanfaatan AI. Ini akan memastikan adopsi teknologi berlangsung dengan aman, efisien, dan produktif di tengah meningkatnya ancaman siber.
Pemahaman yang mendalam mengenai potensi AI juga membantu perusahaan merumuskan strategi yang efektif dalam pertahanan siber. Keberadaan infrastruktur yang kuat menjadi fondasi yang tak terbantahkan dalam menciptakan lingkungan digital yang aman.
Pada akhirnya, kita semua memiliki tanggung jawab untuk menjadikan teknologi sebagai alat yang membawa manfaat, bukan ancaman. Melalui pendekatan yang komprehensif dalam memperkuat keamanan, kita dapat berharap untuk menghadapi tantangan di era digital dengan bijak dan efektif.





