Di Indonesia, angka kematian bayi mencengangkan, mencapai lebih dari 30 ribu setiap tahunnya. Hal ini menempatkan negara ini dalam posisi yang tidak menguntungkan, jauh tertinggal dibandingkan negara-negara tetangga di kawasan ASEAN.
Menteri Kesehatan telah mengungkapkan bahwa angka kematian bayi di Indonesia hanya lebih baik dibandingkan Laos dan Myanmar. Dalam perbandingan, negara-negara seperti Singapura memiliki angka kematian bayi yang sangat rendah, hanya 2 per seribu kelahiran.
Budi Gunadi Sadikin, Menteri Kesehatan, menyatakan bahwa Malaysia dan Thailand pun memiliki angka yang lebih baik dibanding Indonesia, bahkan Vietnam menunjukkan performa yang lebih baik dalam hal ini. Ini menggugah pertanyaan besar akan upaya kesehatan masyarakat di tanah air.
Kondisi Kematian Bayi yang Memprihatinkan di Tanah Air
Tahun demi tahun, tren kematian bayi di Indonesia terus menunjukkan peningkatan yang menyedihkan. Menteri Kesehatan mengingatkan bahwa jika tidak ada tindakan nyata, Indonesia bisa tersalip oleh negara-negara lain yang sebelumnya memiliki peringkat lebih rendah.
Salah satu masalah besar yang diidentifikasi adalah ketidakakuratan dalam pendataan. Banyak pihak berpendapat bahwa data resmi kemungkinan besar tidak mencakup semua kasus kematian bayi yang sebenarnya terjadi di lapangan.
Hal ini mengingatkan kita pada pengalaman selama pandemi COVID-19, ketika jumlah kasus yang terlaporkan jauh di bawah kenyataan di lapangan. Kini, Menteri Kesehatan meminta semua pihak untuk memperbaiki proses pencatatan angka kelahiran dan kematian.
Pentingnya Pencatatan yang Akurat dalam Kesehatan Bayi
Dengan menekankan kepada seluruh jajaran Kementerian Kesehatan, Budi menegaskan pentingnya mencatat semua data dengan benar. Jika pencatatan tidak dilakukan secara rapi, hal ini hanya akan memperburuk kondisi kesehatan di Indonesia.
Dia juga meminta semua pihak agar lebih serius dalam menangani isu angka kematian ibu dan bayi. Pemahaman bahwa setiap angka yang tercatat berhubungan dengan nyawa manusia haruslah menjadi perhatian utama.
Sebagian besar kematian bayi, yaitu lebih dari 90 persen, terjadi di rumah sakit. Dari angka tersebut, sekitar 60 persen disebabkan oleh keterlambatan dalam rujukan.
Penyebab Utama Kematian Bayi di Rumah Sakit
Penyebab kematian bayi yang paling banyak ditemukan adalah sepsis, gangguan pernapasan, dan kelainan bawaan. Budi menekankan pentingnya rumah sakit untuk memperbaiki sistem yang ada.
Dia mengatakan bahwa jika 92 hingga 95 persen kematian terjadi di rumah sakit, maka itu pertanda bahwa ada yang salah dalam sistem tata kelola rumah sakit. Hal ini mencakup cara penanganan infeksi dan fasilitas perawatan neonatal yang harus diperbaiki.
Puskesmas dan bidan tetap perlu mendapatkan dukungan, namun rumah sakit rujukan juga harus menjadi prioritas utama dalam pembangunan kesehatan. Jika tetap tidak diperbaiki, angka kematian ini takkan dapat ditekan.
Menjadi Serius dalam Menyelesaikan Masalah Kesehatan Ibu dan Bayi
Lebih lanjut, Budi menyalurkan keprihatinan mendalam, mengingatkan bahwa isu kematian bayi dan ibu bukan sekedar angka di kertas. Ini menyangkut nyawa, baik bayi maupun ibunya, yang sangat berharga.
Pentingnya upaya kolaboratif dari semua pihak, baik di tingkat pusat hingga daerah, disorot untuk menurunkan angka kematian ini. “Kalau kita semua bisa bersatu untuk memperbaikinya, saya yakin kita bisa mengubah situasi ini,” ujarnya dengan penuh harapan.
Menteri Kesehatan berharap jika sistem pencatatan dan layanan kesehatan dapat ditingkatkan, maka angka kematian bayi di Indonesia akan bisa ditekan secara signifikan. Setiap inisiatif akan berkontribusi pada kesehatan masyarakat yang lebih baik.