Kerusakan Rumah di Sukabumi akibat Gempa Akhir Pekan
Post text template (spintax enabled, like amazing) —
Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) baru-baru ini menginformasikan tentang kerusakan rumah yang terjadi di Kabupaten Sukabumi akibat serangkaian gempa yang mengguncang wilayah tersebut pada akhir pekan lalu. Penyebab utama kerusakan ini diungkapkan oleh Direktur Gempabumi dan Tsunami BMKG, Daryono, yang menjelaskan bahwa gempa dengan hiposenter dangkal dan kondisi tanah yang lunak memicu kerusakan pada struktur bangunan yang tidak memenuhi standar tahan gempa.
Pada hari Sabtu, 20 September, gempa berkekuatan 4,0 magnitudo mengguncang Sukabumi pada pukul 23:47 WIB. Dalam beberapa hari setelahnya, gempa susulan terjadi dalam jumlah yang signifikan, menambah ketidakpastian bagi warga setempat yang sudah menghadapi situasi darurat.
Kerusakan yang diakibatkan oleh rangkaian gempa ini cukup luas, dengan setidaknya lima rumah di Desa Cipeuteuy mengalami dampak. Sekitar 20 jiwa harus siap mengatasi keadaan darurat akibat bencana alam ini.
Informasi Detail Mengenai Gempa yang Mengguncang Sukabumi
Dari pemantauan yang dilakukan, tercatat bahwa total 39 gempa susulan terjadi setelah gempa utama. Di antara gempa susulan tersebut, ada lima yang cukup dirasakan oleh warga, dengan kekuatan berkisar antara M2,6 hingga M3,8. Gempa susulan yang paling kuat tercatat pada kekuatan M3,8, sedangkan yang paling lemah mencapai M1,9.
BMKG menjelaskan bahwa gempa yang mengguncang Kabupaten Sukabumi ini masuk dalam kategori gempa tektonik dengan mekanisme pergerakan kerak dangkal. Hal ini disebabkan oleh aktivitas sesar aktif yang ada di daerah tersebut.
Daryono menjelaskan bahwa episenter atau pusat gempa tepatnya terletak di daratan wilayah Kecamatan Kabandungan Kabupaten Sukabumi. Penelitian lanjutan menunjukkan bahwa karakteristik gelombang gempa ini tidak menunjukkan tanda-tanda gempa vulkanik.
Karakteristik Gempa dan Dampaknya
Analisis lebih mendalam di lapangan menunjukkan bahwa gelombang gempa memiliki karakteristik kuat pada komponen frekuensi tinggi. Hal ini menunjukkan bahwa gempa tidak dipicu oleh aktivitas vulkanik, sebagaimana diungkapkan Daryono. Dengan informasi ini, BMKG dapat memberikan penjelasan yang lebih lanjut mengenai penyebab dan karakteristik gempa tersebut.
Dari hasil pemantauan, BMKG mencatat bahwa mekanisme pergerakan gempa adalah mendatar atau geser. Daryono menekankan bahwa gempa yang terjadi ini tidak berkaitan dengan aktivitas Sesar Citarik, yang merupakan salah satu sesar utama di wilayah tersebut.
Sejarah gempa di kawasan ini menunjukkan bahwa kerusakan akibat gempa bukanlah hal baru. Dari catatan historis, beberapa kejadian gempa serupa telah melanda daerah ini sebelumnya.
Sejarah Gempa di Kabupaten Sukabumi
Pada bulan Maret 2020, Kabupaten Sukabumi juga mengalami gempa yang merusak lebih dari seratus rumah di enam kecamatan, termasuk Kabandungan. Dalam kejadian itu, dampak yang ditimbulkan cukup signifikan, dan warga harus berjuang untuk pulih dari kerusakan yang diakibatkan.
Tak lama setelah itu, pada bulan Juli 2000, situasi serupa terjadi kembali, di mana banyak rumah di beberapa kecamatan mengalami kerusakan akibat gempa. Catatan sejarah gempa di wilayah ini semakin menekankan pentingnya pembangunan infrastruktur yang tahan terhadap bencana alam.
Pada Desember 2023, kembali terjadi gempa di laki-laki dan Kabandungan yang mengakibatkan 61 rumah rusak, menunjukkan bahwa wilayah ini rentan terhadap bencana alam. Seiring berjalannya waktu, warga diharapkan lebih siap menghadapi kemungkinan gempa susulan di masa depan.