Demam berdarah dengue (DBD) kembali menjadi ancaman serius bagi kesehatan masyarakat Indonesia. Hingga minggu kedua tahun 2025, angka kasus DBD mencapai 79.843 dengan 359 kematian, yang menunjukkan bahwa penyakit ini bukan lagi masalah musiman yang boleh diabaikan.
Kondisi ini mirip di tingkat global, di mana lebih dari 14 juta kasus DBD dilaporkan pada tahun 2024, jumlah tertinggi sejak pencatatan global dimulai pada 2010.
Pada saat yang sama, Asia mencatat 884.402 kasus dengan 1.008 kematian, menjadikannya pusat penyebaran virus dengue. Indonesia, dalam konteks ini, memiliki beban yang cukup berat, sebagai negara dengan angka tahun kehidupan sehat yang hilang akibat dengue tertinggi pada 2021.
Statistik dan Tren Kasus DBD di Indonesia
Data dari Kementerian Kesehatan menunjukkan pola infeksi yang mengkhawatirkan. Kelompok usia 15 hingga 44 tahun menjadi yang paling banyak terinfeksi, sementara anak-anak usia 5 hingga 14 tahun mencatat angka kematian tertinggi.
Temuan ini menunjukkan bahwa anak-anak dan remaja adalah kelompok yang paling rentan terhadap dampak serius virus dengue. Dalam konteks ini, deteksi dini dan penanganan yang cepat menjadi sangat penting.
DBD sering kali memiliki gejala yang mirip dengan flu, seperti demam tinggi, nyeri kepala, serta nyeri pada otot dan sendi. Jika tidak ditangani tepat waktu, virus ini bisa berkembang menjadi dengue shock syndrome (DSS) yang berpotensi fatal.
Apakah DBD Hanya Penyakit Musiman?
Menurut Dr. Atilla Dewanti, DBD bukanlah penyakit musiman yang harus dihadapi hanya pada waktu-waktu tertentu. Virus dengue ada sepanjang tahun dan dapat menginfeksi siapa saja, tanpa memandang usia atau gaya hidup.
Salah satu tantangan dalam penanganan DBD adalah kenyataan bahwa virus ini memiliki empat serotipe berbeda, yaitu DENV-1 hingga DENV-4. Kesehatan seseorang yang pernah terinfeksi hanya akan kebal terhadap serotipe yang pertama kali dilawannya.
Jika terinfeksi serotipe lainnya, risiko komplikasi bisa bertambah meningkat. Oleh karena itu, pemahaman yang baik tentang risiko infeksi berulang sangat penting.
Gejala dan Penanganan DBD yang Efektif
Gejala DBD sangat bervariasi, dan terkadang muncul seperti gejala flu biasa. Demam tinggi yang mendadak, nyeri kepala, dan mual adalah beberapa gejala awal yang perlu diwaspadai.
Apabila gejala berkembang menjadi perdarahan hebat dan penurunan tekanan darah, penanganan medis segera sangat penting untuk mencegah kematian. Sayangnya, hingga saat ini belum ada obat khusus yang dapat mengatasi DBD secara langsung.
Pencegahan menjadi metode utama dalam menanggulangi penyebaran DBD. Masyarakat disarankan untuk menerapkan prinsip 3M Plus: menguras, menutup, dan mendaur ulang tempat-tempat yang berpotensi menjadi sarang nyamuk.
Vaksinasi DBD sebagai Upaya Perlindungan Tambahan
Di tengah potensi ancaman DBD, kini telah tersedia vaksin yang dapat memberikan perlindungan tambahan. Vaksin ini dapat diberikan kepada anak-anak maupun orang dewasa untuk memperkuat imunitas tubuh terhadap virus dengue.
Penting untuk mengikuti dosis dan jadwal yang disarankan dokter untuk mendapatkan efek perlindungan yang optimal. Dengan vaksin yang tepat, risiko infeksi dan dampak serius dapat diminimalkan.
Pencegahan dan vaksinasi dapat menjadi dua langkah penting dalam memerangi DBD. Dengan kolaborasi antara pemerintah, tenaga kesehatan, dan masyarakat, harapan untuk menurunkan angka infeksi DBD menjadi lebih besar.