Sektor perhotelan di Thailand mengalami tantangan yang signifikan tahun ini setelah empat tahun berturut-turut mengalami lonjakan tarif yang hampir menggandakan rata-rata harga kamar. Penurunan jumlah wisatawan, terutama dari China, berkontribusi terhadap kondisi ini, membuat industri pariwisata harus beradaptasi dengan cepat.
Menurut laporan dari Tris Rating, total kedatangan wisatawan asing tahun ini diperkirakan akan mencapai 33,1 juta orang, menunjukkan penurunan 5,6% dibandingkan tahun sebelumnya. Situasi ini mencerminkan perlambatan dari beberapa pasar Asia yang biasanya menjadi penopang utama pariwisata Thailand.
Kementerian Pariwisata dan Olahraga Thailand mencatat bahwa kedatangan wisatawan asing selama delapan bulan pertama turun 7,2% dibanding tahun sebelumnya, mencapai 21,9 juta. Hal ini menimbulkan keprihatinan akan prospek pemulihan bagi sektor pariwisata di negara tersebut.
Penurunan Kedatangan Wisatawan di Thailand Tahun Ini
Pihak berwenang Thailand mengindikasikan bahwa turis dari pasar utama seperti China, Malaysia, dan Korea Selatan mengalami penurunan signifikan. Ini menjadi tantangan bagi industri yang selama ini bergantung pada kedatangan wisatawan dari negara-negara tersebut.
Meski demikian, terdapat pertumbuhan kedatangan wisatawan dari India, yang kini menjadi salah satu lima pasar teratas. Ketersediaan penerbangan langsung menuju Bangkok dan Phuket dari lebih dari 15 kota memperkuat konektivitas dan menarik minat lebih banyak wisatawan dari India.
Dari sisi pasar jarak jauh, wisatawan dari Amerika Serikat mencatatkan kenaikan 7,4% dan wisatawan Eropa melonjak 15,6%. Angka ini memberikan harapan baru bagi sektor pariwisata Thailand, yang tengah melewati masa yang sulit.
Respon Industri Hotel Terhadap Penurunan Tarif
Untuk mempertahankan pangsa pasar dan tingkat hunian, banyak operator hotel di Thailand memilih untuk menurunkan harga kamar. Hal ini mencerminkan perjuangan industri dalam menghadapi penurunan permintaan dari wisatawan internasional.
Laporan terbaru memperkirakan bahwa tingkat hunian yang sempat melonjak pasca-pandemi pada tahun lalu tidak akan terjaga pada tahun ini. Beberapa hotel kini lebih mengandalkan promosi dan pemotongan tarif untuk menarik pengunjung di tengah musim sepi.
Wilayah tengah dan selatan Thailand tetap mendominasi kontribusi harga kamar, namun diskon yang agresif menyebabkan penurunan rata-rata tarif, terutama untuk hotel kelas atas di Bangkok. Kondisi ini menambah kompleksitas bagi pelaku industri.
Perubahan Preferensi Wisatawan dan Dampaknya
Sebagian besar turis China kini mulai beralih ke tujuan alternatif di Asia, seperti Jepang dan Vietnam. Laporan menunjukkan pertumbuhan yang signifikan dalam kedatangan turis China ke negara-negara tersebut, mengindikasikan pergeseran preferensi yang mungkin bersifat permanen.
Sementara itu, diprediksi jumlah turis China yang datang ke Thailand akan turun menjadi 4,6 juta tahun ini, dari sebelumnya 6,7 juta. Jika kondisi ini berlanjut, dampaknya terhadap ekonomi Thailand akan cukup besar.
Selain itu, tren perjalanan jarak pendek dan depresiasi yen menjadi faktor penyebab meningkatnya popularitas Jepang di kalangan wisatawan China. Thailand perlu mempertimbangkan langkah strategis untuk menarik kembali wisatawan ini demi memulihkan sektor pariwisata.