Indonesia Diprediksi Tenggelam Lebih Cepat, BMKG Sebut Penyebabnya
Post text template (spintax enabled, like awesome) —
Indonesia menghadapi ancaman serius terkait dengan fenomena tenggelam yang semakin cepat. Masalah ini tidak hanya disebabkan oleh perubahan iklim, tetapi juga dipengaruhi oleh faktor-faktor tektonik dan infrastruktur yang tidak memadai.
Dari pernyataan Dwikorita Karnawati, Kepala Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika, terungkap bahwa kecepatan penurunan muka tanah di beberapa wilayah mencapai lebih dari 4 sentimeter per tahun. Oleh karena itu, respons terhadap isu ini harus melibatkan adaptasi dan upaya mitigasi yang holistik.
Dalam konteks ini, pengelolaan sumber daya air dan tata kelola lahan menjadi dua variabel penting yang perlu diperhatikan. Jika tidak dikelola dengan baik, potensi banjir dan tanah longsor akan terus mengancam meskipun mencapai pengelolaan yang optimal.
Peran Penting Infrastruktur dalam Menghadapi Krisis Tenggelam
Salah satu masalah utama yang dihadapi adalah infrastruktur yang dibangun berdasarkan kondisi iklim masa lalu. Banyak bendungan dan saluran drainase yang didesain sebelum adanya isu terkait perubahan iklim, yang menyebabkan efektivitasnya berkurang saat ini.
Dari penjelasan Dwikorita, infrastruktur tersebut tidak cukup untuk menanggulangi situasi ekstrem yang diakibatkan oleh perubahan iklim. Oleh karena itu, revitalisasi infrastruktur harus menjadi prioritas untuk menghadapi ancaman tenggelam.
Proyek revitalisasi ini perlu melibatkan pendekatan berbasis sains. Kebijakan yang diambil harus mampu menghadapi pergeseran iklim yang terus berlangsung agar pengelolaan air, ketahanan pangan, dan energi dapat terjamin dengan baik.
Pandangan Ilmiah mengenai Kenaikan Permukaan Laut
Riset yang dipublikasikan di Nature Communication menunjukkan bahwa Indonesia, termasuk Jakarta, berpotensi tenggelam pada tahun 2050. Permukaan laut diprediksi akan mengalami kenaikan antara 30 hingga 50 sentimeter akibat perubahan iklim.
Lebih dari 150 juta orang diperkirakan tinggal di daerah yang berisiko tenggelam. Kota-kota seperti Pearl River Delta di China dan Bangkok juga termasuk dalam daftar daerah yang terancam tenggelam.
Kebanyakan dari masyarakat yang tinggal di daerah rawan tersebut berada di negara-negara Asia. Riset ini menekankan pentingnya perhatian dalam merencanakan strategi mitigasi dan adaptasi terhadap perubahan yang sedang berlangsung.
Strategi Mitigasi dan Kebijakan Berbasis Sains
Implementasi strategi mitigasi harus melibatkan berbagai pihak, termasuk pemerintah dan masyarakat. Kebijakan yang bersifat kolaboratif dapat meningkatkan efektivitas respons terhadap ancaman ini.
Penting bagi para pengambil kebijakan untuk menyiapkan kerangka kerja berbasis sains dalam pengelolaan sumber daya air dan mitigasi bencana. Hal ini akan memastikan bahwa keputusan yang diambil memiliki dasar yang kuat dan relevan dengan kondisi terkini.
Selain itu, fokus pada ketahanan pangan dan energi juga menjadi kunci. Dengan merancang kebijakan yang holistik, kita dapat memitigasi dampak dari tenggelamnya wilayah-wilayah strategis di Indonesia secara lebih efektif.





