Penerbangan perdana yang menggunakan Pertamina Sustainable Aviation Fuel (SAF) berbahan baku minyak jelantah menjadi langkah inovatif di dunia penerbangan Indonesia. Kesuksesan penerbangan ini menjadi momen penting dalam mewujudkan komitmen negara terhadap keberlanjutan dan pengurangan emisi karbon di sektor aviasi.
Dengan beroperasinya Pelita Air pada rute Jakarta-Bali, penerbangan ini tidak hanya menandai kemajuan teknologi, tetapi juga membawa harapan baru bagi ekosistem energi yang lebih bersih. Partisipasi dari masyarakat dalam penyediaan bahan baku tentunya menjadi faktor penting dalam keberhasilan inisiatif ini.
Penerbangan ini, yang lepas landas dari Bandara Internasional Soekarno-Hatta, mendapat sambutan antusias dari berbagai pihak. Inisiatif tersebut diharapkan dapat menjadi contoh nyata bagi negara-negara lain dalam mengembangkan energi berkelanjutan di sektor penerbangan.
Inovasi dan Dukungan Pemerintah Dalam Energi Berkelanjutan
Proyek ini mendapat dukungan penuh dari pemerintah, yang melihat penerbangan perdana ini sebagai tonggak penting dalam pengembangan bahan bakar berkelanjutan di Indonesia. Dengan mengandalkan minyak jelantah dari masyarakat, diharapkan partisipasi aktif dapat tercipta, yang berdampak positif terhadap perekonomian lokal.
Direktur Utama Pertamina Patra Niaga, Mars Ega Legowo Putra, menyatakan bahwa dengan mengumpulkan minyak jelantah dari restoran, rumah tangga, hingga usaha kecil, mereka berkontribusi terhadap ekonomi sirkular. Hal ini akan meningkatkan nilai tambah bagi masyarakat dan menjaga keberlanjutan energi.
Wakil Menteri Luar Negeri, Arif Havas Oegroseno, menekankan pentingnya Pertamina Group sebagai pelopor dalam pengembangan SAF. Hal ini tidak hanya berpengaruh pada sektor energi, tetapi juga memainkan peran dalam meningkatkan posisi Indonesia di kancah global dalam hal riset dan kebijakan energi.
Peran Pertamina Dalam Transisi Energi di Indonesia
Segi keberlanjutan juga menjadi fokus utama dalam pengembangan SAF oleh Pertamina. Dengan telah mendapat sertifikasi keberlanjutan yang diakui di tingkat global, Pertamina menunjukkan bahwa mereka serius dalam menjaga aspek keberlanjutan dalam setiap langkahnya.
Sekretaris Jenderal Kementerian ESDM, Dadan Kusdiana, menggarisbawahi bahwa SAF merupakan bagian dari arahan pemerintah dalam mencapai ketahanan dan kemandirian energi. Program ini menjadi salah satu langkah strategis untuk memenuhi kebutuhan energi masa depan.
Pendekatan ini sejalan dengan komitmen nasional untuk mencapai Net Zero Emission pada tahun 2050. Dengan upaya untuk mengurangi emisi karbon, Indonesia menunjukkan tekadnya untuk menjadi salah satu pemimpin inovasi energi di kawasan Asia Tenggara.
Komitmen Terhadap Dekarbonisasi dan Pengembangan Ekosistem
Peningkatan kapasitas dan inovasi dalam sektor energi berkelanjutan diharapkan dapat menjadikan Indonesia sebagai pusat pengembangan SAF di kawasan ini. Deputi Bidang Koordinasi Konektivitas Kementerian Koordinator Bidang Infrastruktur & Pembangunan Kewilayahan, Odo R.M. Manuhutu, menegaskan pentingnya langkah ini dalam mendukung dekarbonisasi sektor aviasi.
Dengan pencapaian ini, Indonesia tidak hanya menjadi pengguna energi alternatif, tetapi juga berpotensi menjadi pelopor dalam pengembangan teknologi bahan bakar terbarukan. Komitmen yang kuat dari semua pemangku kepentingan merupakan kunci untuk menciptakan ekosistem yang mendukung.
Odo mencatat bahwa peta jalan untuk SAF merupakan langkah awal menuju visi yang lebih besar. Dengan terus berinovasi, Indonesia diharapkan dapat menggenggam posisi strategis dalam kancah energi global di masa depan.