China Larang Konten Pesimis di Medsos Selain Kritik terhadap Pemerintah
Post text template (spintax enabled, like Great) —
Otoritas di China kini memperluas jangkauan sensor internetnya dengan menargetkan konten-konten pesimis yang beredar di media sosial. Kebijakan ini bertujuan untuk meredakan keluhan dan pandangan negatif yang dianggap merugikan, terutama di kalangan generasi muda, yang tengah menghadapi berbagai tantangan sosial dan ekonomi.
Berdasarkan pernyataan resmi, pemerintah meluncurkan kampanye selama dua bulan untuk menekan penyebaran konten yang dianggap merusak semangat masyarakat. Dalam era di mana media sosial menjadi platform utama bagi komuniksasi, pendekatan ini memiliki dampak yang signifikan terhadap kebebasan berekspresi di China.
Penjelasan Kampanye Sensor dan Tujuannya
Pada 22 September, regulator internet China mengumumkan bahwa mereka akan memfokuskan perhatian pada konten yang dinilai menyebarluaskan pesimisme masyarakat. Dalam pandangan mereka, hal ini berpotensi menyebarkan pandangan negatif yang dapat mengganggu stabilitas sosial.
Dalam penjelasannya, pemerintah menyebutkan bahwa mereka akan menargetkan konten yang salah menafsirkan fenomena sosial dan menggembar-gemborkan kasus-kasus negatif. Ini diharapkan dapat meminimalisasi ketidakpuasan yang berkembang di masyarakat, terutama di antara generasi muda.
Pemerintah menyadari bahwa konten yang merendahkan diri sendiri atau menciptakan rasa putus asa dapat memengaruhi generasi muda untuk mengadopsi pandangan pesimistik. Upaya ini bukan hanya sekadar penegakan hukum, tetapi juga bentuk perhatian terhadap masa depan masyarakat.
Faktor Ekonomi yang Memicu Resesi
Krisis ekonomi yang dialami China dalam beberapa tahun terakhir telah menyebabkan efek domino yang mengganggu kepercayaan konsumen dan memicu peningkatan pengangguran. Sebanyak 18,9% pengangguran di kalangan anak muda telah menjadi perhatian utama pemerintah.
Angka pengangguran ini mencerminkan sejumlah tantangan yang lebih besar, termasuk sektor properti yang terguncang. Kebangkitan fenomena seperti “lying flat” menunjukkan reaksi generasi muda terhadap situasi yang mereka hadapi.
Istilah “lying flat” mencerminkan keinginan mereka untuk menjalani kehidupan lebih sederhana tanpa beban tekanan sosial. Ini bukan sekadar perilaku, tetapi lebih kepada sikap hidup yang menolak norma-norma yang ada di masyarakat.
Dampak Penyensoran Terhadap Kebebasan Berekspresi
Penyensoran yang diterapkan oleh pemerintah China turut berdampak pada para blogger dan kreator konten yang mengekspresikan pandangan mereka tentang kehidupan sehari-hari. Banyak di antara mereka yang mengaku mengalami pemblokiran akun dan penghapusan konten yang berkaitan dengan pengalaman hidup ini.
Regulator internet tak hanya menargetkan individu, tetapi juga platform besar yang dianggap gagal dalam mengawasi konten yang berisiko. Mereka menghadapi sanksi apabila dianggap membiarkan konten merugikan beredar di mata publik.
Sanksi ini merupakan sinyal jelas bahwa pemerintah ingin menjaga kontrol terhadap narasi yang berkembang di masyarakat, meski hal ini berpotensi menimbulkan ketidakpuasan di kalangan pengguna media sosial.