BUMN Danantara Diimbau Adopsi AI karena Manusia Berisiko Digantikan
Post text template (spintax enabled, like amazing) —
Telkom berkomitmen untuk mempercepat adopsi teknologi kecerdasan buatan (AI) di seluruh perusahaan yang tergabung dalam Danantara, yang merupakan grup BUMN. Teknologi ini bukanlah pengganti karyawan, melainkan solusi untuk mengisi kekosongan yang ditinggalkan saat tenaga kerja pensiun atau tidak lagi aktif.
Dengan hampir 1.046 perusahaan di bawah Danantara, Telkom melihat potensi besar dalam penerapan AI untuk sebagai alat yang dapat mendorong pertumbuhan dan efisiensi. Misi ini tidak hanya berfokus pada penyediaan teknologi tetapi juga penyesuaian terhadap perubahan yang ada di industri.
“Kami ingin mempercepat pasar dengan solusi AI yang dapat membentuk kembali ekosistem digital di Indonesia,” ujar Faizal Rochmad Djoemadi, Direktur IT Digital Telkom. Dia menjelaskan bahwa mereka akan memanifestasikan teknologi ini di 12 sektor vertikal dan satu sektor horizontal yang lebih luas.
Strategi Kolaborasi Teknologi dalam Pengembangan BUMN
Telkom berupaya menciptakan sinergi antara teknologi dan tenaga kerja untuk memastikan bahwa inovasi tidak mengabaikan kinerja manusia. Setiap sektor yang terlibat di bawah Danantara dapat mengimplementasikan solusi AI untuk memperbaiki keadaan operasional dan mempercepat produktivitas. Dalam konteks ini, AI diharapkan untuk bekerja sebagai mitra, bukan sebagai saingan manusia.
Setiap entitas akan dapat merasakan manfaat dari kerjasama ini, terutama di saat perubahan cepat di industri dan pasar. Dalam penjelasannya, Faizal mengungkapkan betapa pentingnya pembelajaran berkelanjutan agar karyawan dapat beradaptasi dengan perkembangan teknologi ini.
Ia juga menekankan potensi besar yang dimiliki oleh teknologi ini, dengan menganggap AI sebagai “co-pilot” yang mendampingi “pilot” manusia. Dengan memanfaatkan AI, perusahaan diharapkan bisa meraih keunggulan kompetitif yang lebih besar di pasar.
Peningkatan Produktivitas Melalui Teknologi AI
Seiring dengan perkembangan teknologi, tantangan untuk tetap relevan semakin meningkat. Faizal menegaskan bahwa perusahaan yang tidak memanfaatkan AI akan mengalami keterpurukan. “Karyawan harus belajar dan beradaptasi dengan perubahan ini untuk meningkatkan produktivitas mereka,” katanya. Bayangkan saja, seorang pilot pesawat yang tidak menggunakan co-pilot; ia tidak akan seefisien ketika dibantu.
Penting untuk diingat bahwa banyak karyawan di BUMN adalah karyawan tetap. Kapan pun mereka pensiun, banyak posisi yang tidak akan sepenuhnya diisi oleh orang baru. AI diharapkan dapat mengisi ruang kosong tersebut, bukan untuk mengurangi jumlah karyawan, tetapi untuk meningkatkan efisiensi.
Estimasi saat pensiun sekitar 80 persen karyawan tidak akan sepenuhnya digantikan. Misalnya, jika ada 100 karyawan, hanya 15 hingga 20 persen yang akan diisi oleh pendatang baru. Sisanya, sekitar 80 persen, diharapkan dapat terisi oleh AI.
Menggali Potensi AI dalam Diversifikasi Layanan
Telkom sendiri telah meluncurkan lebih dari 50 solusi AI dan machine learning dalam tujuh tahun terakhir dengan total pendapatan mendekati Rp1 triliun. Dengan lebih dari 300 ribu interaksi, teknologi ini telah dimanfaatkan oleh berbagai sektor, termasuk kementerian dan lembaga pemerintah serta rumah sakit.
Salah satu solusi yang menonjol adalah chatbot berbasis teknologi pemrosesan bahasa alami (NLP) dan model bahasa besar (LLM). Chatbot ini awalnya dirancang untuk meningkatkan layanan pelanggan Telkom, namun kini telah diadopsi oleh banyak industri dan lembaga pemerintahan.
Keberhasilan chatbot ini terletak pada kemampuannya menjawab pertanyaan pelanggan secara otomatis, memungkinkan tim layanan fokus pada penyelesaian isu yang lebih kompleks. Ini menjadi indikasi jelas tentang bagaimana AI dapat mengoptimalkan efisiensi layanan.