Gempa M 6,0 Poso Menyebabkan Potensi Tsunami Minor Menurut BMKG
Post text template (spintax enabled, like awesome) —
Baru-baru ini, Poso, Sulawesi Tengah, dilanda gempa dengan magnitudo 6,0 pada hari Minggu pukul 5.38 WIB. Menurut Direktur Gempabumi dan Tsunami dari BMKG, Daryono, gempa tersebut memicu tsunami minor setinggi sekitar 4 cm, meskipun tidak dilaporkan secara resmi karena ketinggiannya tidak mencapai 25 cm.
Daryono menjelaskan bahwa data dari Tsunami Gauge menunjukkan bahwa gempa tersebut menciptakan tsunami kecil. Namun, BMKG menetapkan bahwa tsunami baru akan dianggap signifikan jika tingginya mencapai 25 cm.
Sejumlah saksi mengungkapkan bahwa mereka merasakan guncangan yang cukup kuat, dan banyak yang panik, berlari keluar dari bangunan untuk mencari perlindungan. Selain itu, beberapa laporan awal menunjukkan kerusakan pada infrastruktur, termasuk rumah ibadah di wilayah tersebut.
Penyebab Gempa dan Pengaruhnya terhadap Masyarakat
Gempa yang melanda Poso diakibatkan oleh aktivitas sesar naik Tokoharu, yang dikenal sebagai salah satu daerah rawan gempa di Indonesia. Daryono menyatakan bahwa ada lebih dari 10 gempa susulan yang terjadi setelah gempa utama, dengan jumlah yang terdeteksi mencapai 25 kali.
Kepala Pusat Data, Informasi, dan Komunikasi Kebencanaan BNPB, Abdul Muhari, menyebutkan bahwa gempa ini menyebabkan minimal 29 orang mengalami luka-luka tertimpa reruntuhan bangunan. Banyak dari mereka mengalami keadaan darurat setelah kejadian tersebut.
Fasilitas ibadah seperti Gereja Jemaat Elim di Desa Masani juga mengalami kerusakan yang signifikan. Proses pendataan jumlah pengungsi masih terus berlanjut, menunjukkan betapa besar pengaruh gempa ini terhadap kehidupan masyarakat setempat.
Sejarah Gempa di Poso dan Dampaknya
Poso memiliki riwayat gempa yang cukup sering terjadi. Pada tahun 2017, wilayah ini pernah mengalami gempa merusak dengan magnitudo antara 6,6 hingga 6,8, yang menyebabkan dampak luas pada infrastruktur dan kesehatan masyarakat. Gempa tersebut mengakibatkan 5 orang mengalami luka berat dan ribuan orang terpaksa mengungsi untuk mencari perlindungan.
Lebih lanjut, pada Juli 2025, Poso kembali dilanda gempa dengan magnitudo 5,7. Banyak yang mengungsi, dan beberapa warga mengalami luka ringan akibat runtuhan bangunan. Ini menunjukkan bahwa masyarakat di Poso harus selalu siap menghadapi gempa yang bisa datang kapan saja.
Daryono menganalisis peta seismisitas wilayah Sulawesi utara dan sekitarnya, menegaskan bahwa Poso merupakan kawasan yang aktif secara geologis. Hal ini menjadi perhatian penting bagi pemerintah dan lembaga terkait untuk meningkatkan upaya mitigasi bencana.
Pentingnya Kesiapsiagaan Menghadapi Bencana Gempa
Selain membangun infrastruktur yang tahan gempa, masyarakat Poso perlu meningkatkan kesadaran dan kesiapsiagaan menghadapi bencana yang mungkin terjadi. Pelatihan dan simulasi tentang bagaimana merespons gempa dapat membantu menyelamatkan nyawa.
Pemerintah lokal juga diharapkan dapat memperkuat sistem peringatan dini untuk mengantisipasi kejadian serupa di masa mendatang. Dengan adanya informasi yang cepat dan akurat, masyarakat akan lebih siap menghadapi risiko bencana.
Program edukasi mengenai bahaya gempa bumi dan tindakan yang harus diambil pasca-gempa juga harus digalakkan. Hal ini penting untuk mengurangi tingkat kerugian baik dari segi fisik maupun emosional dalam menghadapi bencana.